Ini punca rusuhan Jakarta, kata penganalisis

Pemerintah Indonesia bertindak membataskan akses aplikasi WhatsApp bagi mengawal penyebaran info hasutan dan maklumat palsu. - FOTO REUTERS
Pemerintah Indonesia bertindak membataskan akses aplikasi WhatsApp bagi mengawal penyebaran info hasutan dan maklumat palsu. - FOTO REUTERS
A
A
A

SHAH ALAM - Penganalisis berpandangan rusuhan besar-besaran yang meletus di Jakarta pasca Pemilihan Umum 2019 (Pemilu) berpunca daripada proses Pemilu yang berlangsung dengan sangat bermasalah.

Pensyarah Program Sains Politik Universiti Kebangsaan Malaysia (UKM) Abdul Muein Abadi berkata, bukan sahaja ratusan (sekitar 500 ke 700) orang petugas Pemilu meninggal dunia sepanjang proses berlangsung, bahkan beberapa kontroversi besar yang lain.

Jelasnya, ini termasuklah pelanggaran peraturan oleh pihak tertentu yang mengakibatkan rasa tidak puas hati yang cukup besar dan mendalam dalam kalangan pihak yang kalah.

"Daftar Pemilih Tetap (DPT) bermasalah. Daftar Pemilih Tetap-Hasil Penyempurnaan (DPT-HP) bermasalah.

ARTIKEL BERKAITAN:

Jokowi tidak beri ruang buat perosak negara

Perusahaan asing tutup sementara ekoran rusuhan

Penunjuk perasaan bertahan di sekitar pejabat Bawaslu

Artikel Berkaitan:

"Daftar Pemilih Tambahan (DPTb) menimbulkan persoalan. Daftar Pemilih Khusus (DPK) menimbulkan persoalan. Belum lagi diulas satu persatu kontroversi di Tempat Pemungutan Suara (TPS)," katanya dalam satu kenyataan hari ini.

Katanya lagi, antara kes yang mengejutkan juga ialah penemuan kotak-kotak beserta kertas undi yang sudah bertanda memangkah Joko Widodo (Jokowi) di Malaysia, serta dakwaan penemuan kertas undi yang memangkah Prabowo Subianto yang dibuang, serta kiraan undi yang cukup meragukan di pusat pengiraan undi di seluruh negara.

"Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) juga didakwa dengan mudah menolak laporan Tim Hukum Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga yang mempersoalkan tindak-tanduk pihak Jokowi.

"Antara kontroversi lain tentulah tindakan Jokowi-Ma'ruf dituduh melanggar Pasal 286 ayat (1) UU No. 7 tahun 2017 tentang Pemilu, di mana ‘Paslon’ dilarang ‘menjanjikan dan/atau memberikan uang atau materi lainnya untuk mempengaruhi pemilih’.

"Sebaliknya, Jokowi telah dibuktikan melanggar pasal tersebut dengan menerbitkan ‘Peraturan Pemerintah (PP) no 15 tahun 2019 tentang kenaikan gaji aparatur sipil negara’," katanya.

Tambah Abdul Muein, mujurlah Prabowo sendiri bertindak menenangkan dan memujuk para penyokongnya agar bersabar dan menantikan penghakiman di Mahkamah Konstitusi kelak.

"Langkah ini cukup kritikal di saat tersebarnya berita palsu yang cuba mengapi-apikan isu ‘Usir Cina’ dan ‘Awas Asing’ hingga memaksa akses kepada aplikasi seperti Facebook dan WhatsApp dihadkan," katanya.

Situasi di ibu kota Indonesia masih lagi 'panas' susulan rusuhan oleh penunjuk perasaan di beberapa lokasi utama sekitar Jakarta.

Ketegangan berlaku mencetuskan kebimbangan dalam kalangan pengusaha perniagaan sehingga memaksa mereka memberikan cuti kepada pekerja.

Turut sama terjejas ialah perusahaan asing yang terpaksa menghentikan sementara operasi mereka sehingga Jumaat ini.

Dalam kejadian rusuhan yang berlaku pada malam 21 Mei lalu menyaksikan enam orang meninggal dunia dan ratusan lain cedera.

Pemilu 2019 menyaksikan Jokowi mengekalkan jawatannya untuk penggal kedua setelah menewaskan pencabar utama, Prabowo Subianto.

Jokowi dan gandingannya Ma'ruf Amin dilaporkan memenangi pilihan raya dengan margin 55.5 peratus berbanding 44.5 peratus yang diperolehi Prabowo dan gandingannya, Sandiaga Uno.